LATAR
BELAKANG
Kedatangan orang-orang
Eropa pertama di kawasan Asia Tenggara pada awal abad XVI kadang-kadang
dipandang sebagai titik penentu yang paling penting dalam sejarah kawasan ini.
Pada abad XV bangsa Portugis merupakan salah satu bangsa yang mencapai
kemajuan-kemajuan di bidang teknologi. Bangsa Portugis telah dapat membuat
kapal-kapal yang lebih layak dan canggih di bandingkan dengan kapal-kapal
sebelumnya memungkinkan mereka melakukan sebuah pelayaran dan melebarkan
kekuasaaan ke seberang lautan.Dengan alasan untuk menguasai impor rempah-rempah
di kawasan Eropa, bangsa Portugis mencari daerah kawasan penghasil
rempah-rempah terbaik. Rempah-rempah
di kawasan Eropa merupakan kebutuhan dan juga cita rasa. Selama musim dingin di
Eropa, tidak ada salah satu cara pun yang dapat di jalankan untuk
mempertahankan agar semua hewan-hewan ternak dapat tetap hidup. Kerena itu
banyak hewan ternak yang disembelih dan dagingnya kemudian harus di awetkan.
Untuk itulah diperlukan sekali banyak garam dan rempah-rempah. Cengkih dari
Indonesia timur adalah yang paling berharga Indonesia juga menghasilkan lada,
buah pala, dan bunga pala. Kekayaaan alam Indonesia yang begitu melimpah
termasuk tanaman rempah-rempah menjadi alasan portugis ingin menguasai daerah Indonesia
sekaligus menguasai pasaran di eropa.
A.
AWAL
PROSES KEDATANGAN BANGSA PORTUGIS KE INDONESIA
Bangsa portugis merupakan bangsa eropa
pertama yang mencapai kepulauan nusantara. Pencarian mereka untuk mendominasi
sumber perdagangan rempah-rempah yang menguntungkan pada abad ke 16 dan usaha
penyebaran katolik roma. Percobaan awal bangsa portugis mendirikan koalisi dan
perjanjian damai pada tahun 1512 dengan kerajaan Sunda di Parahyangan gagal
akibat sikap permusuhan yang ditunjukkan oleh sejumlah pemerintahan islam di
Jawa, seperti demak dan banten. Bangsa Portugis mengalihkan arah ke kepulauan
Maluku, yang terdiri atas berbagai perkumpulan negara yang awalnya berperang
satu sama lain namun memelihara perdagangan antar pulau dan internasional. Melalui
penaklukan militer dan persekutuan dengan penguasa setempat mereka mendirikan
pos, benteng, dan misi perdagangan di Indonesia timur, termasuk pulau ternate,
ambon, dan solor.
Motivasi bangsa
Portugis memulai petualangan ke timur menurut ahli sejarah dan arkeolog islam
Uka Tjandrasasmita dalam buku Indonesia-Portugal “five hundred years of
historical relation ship (Cepesa, 2002) :
1. Feitoria : emas
2. Fortaleza : kejayaan
3. Igreja : gereja
Tahun 1487,
Bartolomeus Dias mengitari Tanjung Harapan dan memasuki perairan Samudra
Hindia. Selanjutnya pada tahun 1498, Vasco da Gama sampai di India. Namun,
orang-orang Portugis ini segera mengetahui bahwa barang-barang dagangan yang
hendak mereka jual tidak dapat bersaing di pasaran India yang canggih dengan
barang-barang yang mengalir melalui jaringan perdagangan Asia. Karena itu,
mereka sadar harus melakukan peperangan di laut untuk mengukuhkan diri.
Setelah
perjanjian Thordesillas (1492) pelaut-pelaut portugis dibawah pimpinan Bartholomeus
Diaz mencoba mencari jalan keluar untuk menemukan dunia timur (pusat
rempah-rempah). Namun pelayarannya hanya sampai di ujung afrika selatan (1496).
Hal ini disebabkan oleh besarnya gelombang ombak samudera hindia, sehingga
kapal-kapal yang dibawa Bartholomeus Diaz tidak berhasil melewatinya. Oleh
Bartholomeus Diaz tanjung ini dinamakan Tanjung Pengharapan (Cape oge Good Hope
atau Tanjung Harapan sekarang).
Pada tahun 1498,
raja portugis mengirim ekspedisinya dibawah pimpinan Vasco Da Gama. Ekspedisi
ini berhasil mendarat di kalkuta (india) pada tahun 1498. Kemudian pada tahun
1511 dari india bangsa portugis mengirim ekspedisinya dibawah pimpinan Alfonso
d’Alburquerque, mengikuti perjalanan para pedagang islam. Pada tahun itu juga
portugis berhasil menduduki malaka, pusat perdagangan islam di Asia Tenggara.
Kemudian portugis tiba di Ternate(maluku) tahun 1512. Awalnya masyarakat Maluku menyambut baik dan saling
berebut menanamkan pengaruh kepada portugis agar portugis dapat membeli
rempah-rempah dan membantu masyarakat Maluku menghadapi para musuh.
Kedatangan bangsa
Portugis diterima baik oleh sultan ternate adalah :
1.
Portugis dianggap sebagai pembeli rempah-rempah dengan harga tinggi.
2.
Portugis dimintai bantuan untuk bersama sama menyerang tidore.
Pada saat itu, kesultanan ternate di
Maluku diperintah oleh Kaicil Darus meminta bantuan Portugis untuk mendirikan
sebuah benteng agar terhindar dari serangan daerah lain. Tahun 1522 Portugis
mengabulkan permintaan sultan ternate dengan mendirikan benteng Saint John.
Benteng tersebut harus dibayar mahal dengan perjanjian monopoli perdagangan
rempah-rempah, perjanjian tersebut ternyata menimbulkan kesengsaraan rakyat
tidak boleh menjual rempah dengan harga bebas karna harga sudah ditetapkan portugis
dengan harga murah. Akibat nya terjadi permusuhan antara Ternate dan Portugis.
Sebab-sebab
perlawanan rakyat ternate terhadap Portugis :
1.
Portugis melakukan monopoli perdagangan rempah-rempah di Ternate sehingga
merugikan rakyat.
2.
Portugis memaksa sultan Ternate mengakui kekuasaannya di Ternate.
3.
Portugis membunuh sultan Hairun sebagai raja Ternate.
Lalu Bangsa
Spanyol pun tiba di Maluku, timbul lah pertentangan antara bangsa Portugis dan
Spanyol, pertikaian tersebut sejalan dengan adanya pertentangan sultan Ternate
dan Tidore.
Untuk menyelesaikan pertikaian kedua
bangsa kulit putih itu, Paus turun tangan dan pada tahun 1529
dilakukan perjanjian Saragossa (Zaragosa).
Isi perjanjian itu antara lain:
1. Bumi
ini dibagi atas dua pengaruh yaitu pengaruh bangsa spanyol dan portugis.
2. Wilayah
kekuasaan spanyol membentang meksiko ke arah barat sampai ke kepulauan Filipina
dan wilayah kekuasaan portugis membentang dari Brazillia kearah timur sampai ke
kepulauan Maluku.
B.
Pelaut-pelaut portugis yang melakukan penjelajahan
samudera
1. Bartholomeuz Diaz
Bartholomeuz Diaz
Dia seorang bangsa portugis.
Bartholomeuz Diaz merupakan orang portugis pertama yang mencari jalan baru ke
Indonesia. Ia meninggalkan Portugal pada tahun 1486 dan mulai melakukan
perjalanan menuju Indonesia. Bertolak dari Lisabon (portugis), bergerak ke arah
selatan menyusuri pantai barat Afrika, sampai di ujung selatan benua Afrika,
yang kemudian diberi nama Tanjung Harapan, kemudian Bartholomeuz Diaz kembali
lagi ke portugis karena ada gelombang atau badai yang besar. Selanjutnya upaya mencari jalan menuju
Indonesia diteruskan oleh pelaut-pelaut portugis berikutnya.
2. Vasco Da Gama
Vasco
Da Gama
Dia seorang
penyelidik portugis yang berhasil menemukan jalur laut ke dunia timur (India)
dengan menyusuri mengelilingi benua Afrika. Vasco Da Gama bongkar sauh pertama
pada tanggal 8 juli 1497. Alur yang ditempuh adalah Kepulauan Tanjung Verde,
terus kea rah selatan menembus samudera Atlantik, berbelok kearah timur
langsung mencapai Tanjung Harapan, Gama meneruskan pelayaran menyusur pantai
timur Afrika menembus daerah kekuasaan muslim Mombasa dan Malindi (kenya). Pada
tahun 1498 Vasco Da Gama sampai di kalikut (India). Suatu keistimewaan lain
dari ekspedisi ini adalah di bawanya sejumlah bau “padrao” yaitu batu bertulis
dengan lambang gambar “bola dunia” untuk dipancangkan pada setiap tempat yang
ditemukan portugis sebagai daerah koloninya.
3.
Alfonso De Albuquerque
Gambar: Alfonso de Albuquerque
Setelah mendengar laporan-laporan pertama dari para pedagang Asia mengenai kekayaan Malaka yang sangat besar, Raja Portugis mengutus Diogo Lopez de Sequiera untuk menekan Malaka, menjalin hubungan persahabatan dengan penguasanya, dan menetap disana sebagai wakil Portugis di sebelah timur India. Tugas Sequiera tersebut tidak mungkin terlaksana seluruhnya saat dia tiba di Maluku pada tahun 1509. Pada mulanya dia disambut dengan baik oleh Sultan Mahmud Syah (1488-1528), tetapi kemudian komunitas dagang internasional yang ada di kota itu meyakinkan Mahmud bahwa Portugis merupakan ancaman besar baginya. Akhirnya, Sultan Mahmud melawan Sequiera, menawan beberapa orang anak buahnya, dan membunuh beberapa yang lain. Ia juga mencoba menyerang empat kapal Portugis, tetapi keempat kapal tersebut berhasil berlayar ke laut lepas. Seperti yang telah terjadi di tempat-tempat yang lebih ke barat, tampak jelas bahwa penaklukan adalah satu-satunya cara yang tersedia bagi Portugis untuk memperkokoh diri.
Pada bulan April 1511, Albuquerque melakukan pelayaran dari Goa menuju Malaka dengan kekuatan kira-kira 1200 orang dan 17 buah kapal.Peperangan pecah segera setelah kedatangannya dan berlangsung terus secara sporadis sepanjang bulan Juli hingga awal Agustus. Pihak Malaka terhambat oleh pertikaian antara Sultan Mahmud dan putranya, Sultan Ahmad yang baru saja diserahi kekuasaan atas negara namun dibunuh atas perintah ayahnya.
Malaka akhirnya berhasil ditaklukan oleh Portugis.Albuquerque menetap di Malaka sampai bulan November 1511, dan selama itu dia mempersiapkan pertahanan Malaka untuk menahan setiap serangan balasan orang-orang Melayu.Dia juga memerintahkan kapal-kapal yang pertama untuk mencari Kepulauan Rempah.Sesudah itu dia berangkat ke India dengan kapal besar, dia berhasil meloloskan diri ketika kapal itu karam di lepas pantai Sumatera beserta semua barang rampasan yang dijarah di Malaka.
Setelah satu kapal layar lagi tenggelam, sisa armada itu tiba di Ternate pada tahun itu juga. Dengan susah payah, ekspedisi pertama itu tiba di Ternate dan berhasil mengadakan hubungan dengan Sultan Aby Lais. Sultan Ternate itu berjanji akan menyediakan cengkeh bagi Portugis setiap tahun dengan syarat dibangunnya sebuah benteng di pulau Ternate.
Hubungan dagang yang tetap dirintis oleh Antonio de Abrito.Hubungannya dengan Sultan Ternate yang masih anak-anak, Kacili Abu Hayat, dan pengasuhnya yaitu Kacili Darwis berlangsung sangat baik.Pihak Ternate tanpa ragu mengizinkan De Brito membangun benteng pertama Portugis di Pulau Ternate (Sao Joao Bautista atau Nossa Seighora de Rossario) pada tahun 1522. Penduduk Ternate menggunakan istilah Kastela untuk benteng itu, bahkan kemudian benteng itu lebih dikenal dengan nama benteng Gamalama. Sejak tahun 1522 hingga tahun 1570 terjalin suatu hubungan dagang (cengkih) antara Portugis dan Ternate.
Portugis yang sedang menguasai Malaka, terbukti bahwa mereka tidak menguasai perdagangan Asia yang berpusat disana.Portugis tidak pernah dapat mencukupi kebutuhannya sendiri dan sangat tergantung kepada para pemasok bahan makanan dari Asia seperti halnya para penguasa Melayu sebelum mereka di Malaka. Mereka kekurangan dana dan sumber daya manusia. Organisasi mereka ditandai dengan perintah-perintah yang saling tumpang tindih dan membingungkan, ketidakefisienan, dan korupsi.Bahkan gubernur-gubernur mereka di Malaka turut berdagang demi keuntungan pribadi di pelabuhan Malaya, Johor, pajak dan harga barang-barangnya lebih rendah, dan hal tersebut telah merusak monopoli yang seharusnya mereka jaga.Para pedagang Asia mengalihkan sebagian besar perdagangan mereka ke pelabuhan-pelabuhan lain dan menghindari monopoli Portugis yang mudah.
Gambar Selat Malaka
Begitu cepat Portugis tidak lagi menjadi suatu
kekuatan yang revolusioner.Keunggulan teknologi
mereka yang terdiri atas teknik-teknik pelayaran dan militer berhasil
dipelajari dengan cepat oleh saingan-saingan mereka dari Indonesia.Seperti
meriam Portugis yang dengan cepat berhasil direbut oleh orang-orang
Indonesia.Portugis menjadi suatu bagian dari jaringan konflik di selat Malaka,
dimana Johor dan Aceh berlomba-lomba untuk saling mengalahkan Portugis agar
bisa menguasai Malaka.
Kota Malaka mulai sekarat sebagai pelabuhan dagang selama berada dibawah cengkeraman Portugis.Mereka tidak pernah berhasil memonopoli perdagangan Asia.Portugis hanya mempunyai sedikit pengaruh terhadap kebudayaan orang-orang Indonesia yang tinggal di nusantara bagian barat, dan segera menjadi bagian yang aneh di dalam lingkungan Indonesia.Portugis telah mengacaukan secara mendasar organisasi sistem perdagangan Asia.Tidak ada lagi satu pelabuhan pusat dimana kekayaan Asia dapat saling dipertukarkan, tidak ada lagi negara Malaya yang menjaga ketertiban selat Malaka dan membuatnya aman bagi lalu lintas perdagangan.Sebaliknya komunitas dagang telah menyebar ke beberapa pelabuhan dan pertempuran sengit meletus di Selat.
Segera setelah Malaka ditaklukan, dikirimlah misi penyelidikan yang pertama ke arah timur dibawah pimpinan Francisco Serrao.Pada tahun 1512, kapalnya mengalami kerusakan, tetapi dia berhasil mencapai Hitu (Ambon sebelah utara).Disana dia mempertunjukkan keterampilan perang melawan suatu pasukan penyerang yang membuat dirinya disukai oleh penguasa setempat.Hal ini mendorong kedua penguasa setempat yang bersaing (Ternate dan Tidore) untuk menjajaki kemungkinan memperoleh bantuan Portugis.Portugis disambut baik di daerah itu karena mereka juga dapat membawa bahan pangan dan membeli rempah-rempah.Akan tetapi perdagangan Asia segera bangkit kembali, sehingga Portugis tidak pernah dapat melakukan suatu monopoli yang efektif dalam perdagangan rempah-rempah.
Sultan Ternate, Abu Lais (1522) membujuk orang Portugis untuk mendukungnya dan pada tahun 1522, mereka mulai membangun sebuah benteng disana.Sultan Mansur dari Tidore mengambil keuntungan dari kedatangan sisa-sisa ekspedisi pelayaran keliling dunia Magellan di tahun 1521 untuk membentuk suatu persekutuan dengan bangsa Spanyol yang tidak memberikan banyak hasil dalam periode ini.
Hubungan Ternate dan Portugis berubah menjadi tegang karena upaya yang lemah Portugis melakukan kristenisasi dan karena perilaku orang-orang Portugis yang tidak sopan.Pada tahun 1535, orang-orang Portugis di Ternate menurunkan Raja Tabariji (1523-1535) dari singgasananya dan mengirimnya ke Goa yang dikuasai Portugis. Disana dia masuk Kristen dan memakai nama Dom Manuel, dan setelah dinyatakan tidak terbukti melakukan hal-hal yang dituduhkan kepadanya, dia dikirim kembali ke Ternate untuk menduduki singgasananya lagi. Akan tetapi dalam perjalanannya dia wafat di Malaka pada tahun 1545.Namun sebelum wafat, dia menyerahkan Pulau Ambon kepada orang Portugis yang menjadi ayah baptisnya, Jordao de Freitas.
Akhirnya orang-orang Portugis yang membunuh Sultan Ternate, Hairun (1535-1570) pada tahun 1570, diusir dari Ternate pada tahun 1575 setelah terjadi pengepungan selama 5 tahun. Mereka kemudian pindah ke Tidore dan membangun benteng baru pada tahun 1578.Akan tetapi Ambon-lah yang kemudian menjadi pusat utama kegiatan-kegiatan Portugis di Maluku sesudah itu.Ternate sementara itu menjadi sebuah negara yang gigih menganut Islam dan anti Portugis dibawah pemerintahan Sultan Baabullah (1570-1583) dan putranya Sultan Said ad-Din Berkat Syah (1584-1606).
Pada waktu itu juga Portugis terlibat perang di Solor.Pada tahun 1562, para pendeta Dominik membangun benteng dari batang kelapa disana.Pada tahun berikutnnya dibakar para penyerang beragama Islam dari Jawa.Namun orang-orang Dominik tetap bertahan dan segera membangun ulang benteng dari bahan yang lebih kuat dan mulai melakukan kristenisasi pada penduduk lokal.
Pada tahun sesudahnya, muncul serangan-serangan dari Jawa.Masyarakat Solor sendiri pun tidak secara keseluruhan senang terhadap orang-orang Portugis dan agama mereka, sehingga seringkali muncul perlawanan.Pada tahun 1598-1599, pemberontakan besar-besaran dari orang Solor memaksa pihak Portugis mengirimkan sebuah armada yang terdiri dari 90 kapal untuk menundukkan para pemberontak itu. Namun Portugis tetap menduduki benteng-benteng mereka di Solor sampai diusir oleh Belanda pada tahun 1613 dan setelah itu Portugis melakukan pendudukan kembali pada tahun 1636.
Kota Malaka mulai sekarat sebagai pelabuhan dagang selama berada dibawah cengkeraman Portugis.Mereka tidak pernah berhasil memonopoli perdagangan Asia.Portugis hanya mempunyai sedikit pengaruh terhadap kebudayaan orang-orang Indonesia yang tinggal di nusantara bagian barat, dan segera menjadi bagian yang aneh di dalam lingkungan Indonesia.Portugis telah mengacaukan secara mendasar organisasi sistem perdagangan Asia.Tidak ada lagi satu pelabuhan pusat dimana kekayaan Asia dapat saling dipertukarkan, tidak ada lagi negara Malaya yang menjaga ketertiban selat Malaka dan membuatnya aman bagi lalu lintas perdagangan.Sebaliknya komunitas dagang telah menyebar ke beberapa pelabuhan dan pertempuran sengit meletus di Selat.
Segera setelah Malaka ditaklukan, dikirimlah misi penyelidikan yang pertama ke arah timur dibawah pimpinan Francisco Serrao.Pada tahun 1512, kapalnya mengalami kerusakan, tetapi dia berhasil mencapai Hitu (Ambon sebelah utara).Disana dia mempertunjukkan keterampilan perang melawan suatu pasukan penyerang yang membuat dirinya disukai oleh penguasa setempat.Hal ini mendorong kedua penguasa setempat yang bersaing (Ternate dan Tidore) untuk menjajaki kemungkinan memperoleh bantuan Portugis.Portugis disambut baik di daerah itu karena mereka juga dapat membawa bahan pangan dan membeli rempah-rempah.Akan tetapi perdagangan Asia segera bangkit kembali, sehingga Portugis tidak pernah dapat melakukan suatu monopoli yang efektif dalam perdagangan rempah-rempah.
Sultan Ternate, Abu Lais (1522) membujuk orang Portugis untuk mendukungnya dan pada tahun 1522, mereka mulai membangun sebuah benteng disana.Sultan Mansur dari Tidore mengambil keuntungan dari kedatangan sisa-sisa ekspedisi pelayaran keliling dunia Magellan di tahun 1521 untuk membentuk suatu persekutuan dengan bangsa Spanyol yang tidak memberikan banyak hasil dalam periode ini.
Hubungan Ternate dan Portugis berubah menjadi tegang karena upaya yang lemah Portugis melakukan kristenisasi dan karena perilaku orang-orang Portugis yang tidak sopan.Pada tahun 1535, orang-orang Portugis di Ternate menurunkan Raja Tabariji (1523-1535) dari singgasananya dan mengirimnya ke Goa yang dikuasai Portugis. Disana dia masuk Kristen dan memakai nama Dom Manuel, dan setelah dinyatakan tidak terbukti melakukan hal-hal yang dituduhkan kepadanya, dia dikirim kembali ke Ternate untuk menduduki singgasananya lagi. Akan tetapi dalam perjalanannya dia wafat di Malaka pada tahun 1545.Namun sebelum wafat, dia menyerahkan Pulau Ambon kepada orang Portugis yang menjadi ayah baptisnya, Jordao de Freitas.
Akhirnya orang-orang Portugis yang membunuh Sultan Ternate, Hairun (1535-1570) pada tahun 1570, diusir dari Ternate pada tahun 1575 setelah terjadi pengepungan selama 5 tahun. Mereka kemudian pindah ke Tidore dan membangun benteng baru pada tahun 1578.Akan tetapi Ambon-lah yang kemudian menjadi pusat utama kegiatan-kegiatan Portugis di Maluku sesudah itu.Ternate sementara itu menjadi sebuah negara yang gigih menganut Islam dan anti Portugis dibawah pemerintahan Sultan Baabullah (1570-1583) dan putranya Sultan Said ad-Din Berkat Syah (1584-1606).
Pada waktu itu juga Portugis terlibat perang di Solor.Pada tahun 1562, para pendeta Dominik membangun benteng dari batang kelapa disana.Pada tahun berikutnnya dibakar para penyerang beragama Islam dari Jawa.Namun orang-orang Dominik tetap bertahan dan segera membangun ulang benteng dari bahan yang lebih kuat dan mulai melakukan kristenisasi pada penduduk lokal.
Pada tahun sesudahnya, muncul serangan-serangan dari Jawa.Masyarakat Solor sendiri pun tidak secara keseluruhan senang terhadap orang-orang Portugis dan agama mereka, sehingga seringkali muncul perlawanan.Pada tahun 1598-1599, pemberontakan besar-besaran dari orang Solor memaksa pihak Portugis mengirimkan sebuah armada yang terdiri dari 90 kapal untuk menundukkan para pemberontak itu. Namun Portugis tetap menduduki benteng-benteng mereka di Solor sampai diusir oleh Belanda pada tahun 1613 dan setelah itu Portugis melakukan pendudukan kembali pada tahun 1636.
Diantara para
petualang Portugis tersebut ada seorang Eropa yang tugasnya memprakarsai suatu
perubahan yang tetap di Indonesia Timur. Orang ini bernama Francis Xavier
(1506-1552) dan Santo Ignaius Loyola yang mendirikan orde Jesuit.Pada tahun
1546-1547, Xavier bekerja di tengah-tengah orang Ambon, Ternate, dan Moro untuk
meletakkan dasar-dasar bagi suatu misi yang tetap disana. Pada tahun 1560-an
terdapat sekitar 10.000 orang katolik di wilayah itu dan pada tahun 1590-an
terdapat 50.000-an orang. Orang-orang Dominik juga cukup sukses mengkristenkan
Solor. Pada tahun 1590-an orang-orang Portugis dan penduduk lokal yang beragama
Kristen di sana diperkirakan mencapai 25.000 orang.
C.
PENGARUH
BANGSA PORTUGIS DI INDONESIA
Pengaruh Portugis dalam bidang kebudayaan terhadap Indonesian :
1. Berkembangnya agama kristen dan katholik di Maluku yang disebarkan oleh
Franciscus Xaverius. Di dusun baluk kec. Bola kab. Sikka ia menancapkan sebuah
salib setinggi 3m diatas sebuah batu karang yang diberi nama “Watu Krus” tahun
1630.
Adapun keturunan Portugis
yang beragama islam terdapat di Lamno, Aceh.
2. Berkembangnya musik keroncong dari Portugis.
3. Peninggalan benteng-benteng Portugis
4. Nama-nama orang Indonesia yang menggunakan nama Portugis.
5. Banda seperti meriam yang ditempatkan di museum.
Selama berada di
Maluku, orang-orang Portugis meninggalkan beberapa pengaruh kebudayaan mereka
seperti balada-balada keroncong romantis yang dinyanyikan dengan iringan gitar
berasal dari kebudayaan Portugis. Kosa kata Bahasa Indonesia juga ada yang
berasal dari bahasa Portugis yaitu pesta, sabun, bendera, meja, Minggu, dll.Hal
ini mencerminkan peranan bahasa Portugis disamping bahasa Melayu sebagai lingua
franca di seluruh pelosok nusantara sampai awal abad XIX.Bahkan di Ambon
masih banyak ditemukan nama-nama keluarga yang berasal dari Portugis seperti da
Costa, Dias, de Fretas, Gonsalves, Mendoza, Rodriguez, da Silva, dll. Pengaruh
besar lain dari orang-orang Portugis di Indonesia yaitu penanaman agama Katolik
di beberapa daerah timur di Indonesia.
D.
PERIODE KEJAYAAN PORTUGIS DI NUSANTARA
Periode 1511-1526 selama 15 tahun Nusantar menjadi pelabuhan maritim
kerajaan Portugis yang secara reguler menjadi rute menuju pulau sumatra, jawa,
banda, dan maluku.
Pada tahun 1511 portugis mengalahkan kerajaan Malaka.
Pada tahun 1512 portugis melakukan perjanjian d gang berupa lada terhadap
kerajaan Sunda
Pada tahun 1512 juga pasukan Antonio albreu dan Francissco serao mencari
jalan ke tempat asal rempah di maluku, mereka singgah di Madura, Bali, dan
Lombok.